masukan iklan di sini
Hery Nabit menyoroti aspirasi kritis di ruang publik belakangan ini. Sayangnya, menurut Bupati, aspirasi kritis yang diumbar tak berbasis data yang mumpuni
Ruteng (Baiturrahman Ruteng News) - BUPATI Manggarai Hery Nabit mengkritik aspirasi tanpa kata-kata santun sementara orang di daerah yang dipimpinnya belakangan ini. Aspirasi dimaksud disinyalir Hery Nabit telah mencederai kehidupan bersama. Hal ini diungkapkan suami Ketua TP PKK Kabupaten Manggarai, Ny. Meldyanti Hagur Nabit, tersebut dalam sambutan penyerahan SK 652 CPNS di lingkunganPemerintah kabupaten Manggarai, Jumat (13 Juni 2025), di Aula MCC Ruteng.
Wakil Bupati Fabianus Abu dan Sekretaris daerah (Sekda) Fansi Djahang hadir bersama pejabat di lingkungan Organisasi Perangkat daerah (OPD) Setda Kabupaten Manggarai.
Dalam sambutannya, Hery Nabit menyinggung ASN sebagai abdi negara yang lolos lewat proses seleksi ketat. Saat menjadi ASN harus melekat selalu rasa tanggung jawab. "Pertanggungjawaban melalui kerja cerdas. Hasilnya nyata, sumber inspirasi, dan memberikan manfaat dalam melayani masyarakat," kata Hery Nabit.
Sebagai abdi negara, ada sejumlah pandangan prinsip ASN yang ditekankan Hery Nabit. Salah satu di antaranya, disiplin dan loyalitas terhadap perintah pimpinan serta tugas.
"Kepintaran dan kecerdasan harus dimbangi sikap santun, menjaga pola komunikasi yang baik di lingkungan kerja masing-masing, juga dalam tatanan kehidupan sosial," tandasnya.
Hery Nabit menyoroti aspirasi kritis di ruang publik belakangan ini. Sayangnya, menurut Bupati, aspirasi kritis yang diumbar tak berbasis data yang mumpuni. Celakanya, kata Hery Nabit, "Kitikan tersebut suka mengutip teori dari berbagai pakar biar kelihatan dan kedengaran pintar."
Kata-kata yang digunakan dinilai cenderung bernada menyerang secara membabi buta. "Menumpahkan kemarahan dengan kata dan kalimat yang mencederai kehidupan bersama," kritiknya.
Meneropong masalah dari jauh lalu cepat mengambil kesimpulan seolah-olah itu kebenaran sudah final, padahal sejatinya harus menyelam lebih dalam agar bisa bijak dalam melihat suatu masalah.
“Tentu sebagai Pelayan Publik kita melihat ‘Kritikan!’ adalah bentuk lain dari ‘Perhatian’ tetapi nilai perhatian akan hilang kalau diisi dengan kata dan kalimat hujatan, hinaan hingga menabrak batas tembok etika,” ujarnya.
Bukankah konsep pokok dalam etika adalah moralitas yang merupakan norma dari ide-ide tentang prilaku yang benar dan yang salah yang mengatur kelakuan orang dalam kehidupan sosial.
Prilaku sosial orang manggarai dalam berkomunikasi juga tidak terlepas dari budaya manggarai yang sering kita dengar dalam sastra lisan atau "Go’et” orang manggarai yaitu Neka Wencu Nembur, Neka Pa'u Wau. Karena itu sebagai ASN tetap menjaga pola komunikasi yang baik.
Dia pun menegaskan, sebagai pelayan publik yang bukan anti kritik, perlu melakukan edukasi bagi siapa saja yang memberi kritikan menggunakan kata-kata yang tidak mencerminkan sebagai orang yang berbudaya.
“Kalau ada yang salah, maka kita juga punya kewajiban untuk meluruskan dan mengatakan bahwa "Itu salah !!!". ("Titong dan Toing") Dan....kita tidak bisa diam, kita harus ingatkan dan sampaikan agar kesalahan itu tidak menjadi kebiasaan yang dianggap benar,” tegasnya.