masukan iklan di sini
Peristiwa penyerahan sumbangan hewan kurban dari pemimpin umat Katolik di wilayah Keuskupan Ruteng, termasuk Pastor Paroki Katedral dan Pastor Paroki Kumba yang diterima Takmir Masjid Agung Baiturrahman Ruteng, diyakinkan Bupati sebagai jauh dari sikap kepura-puraan
![]() |
IDUL ADHA . Bupati Manggarai Herry Nabit |
Ruteng (Baiturrahman Ruteng News) – TOLERANSI umat beragama di Manggarai jauh dari sikap kepura-puraan. Hal ini ditegaskan Bupati Manggarai Hery Nabit saat penyerahan sapi kurban pemerintah dan masyarakat Manggarai kepada umat Islam dalam suasana perayaan Idul Adha 1446 H, Jumat, 6 Juni 2025, di pelataran Masjid Agung Baiturrahman Ruteng.
Hal itu disinggung Bupati Manggarai saat mengetahui telah berlangsung penyerahan sumbangan satu ekor kambing kurban dari Uskup Ruteng Mgr. Siprianus Hormat dan dua ekor kambing kurban dari Pastor Paroki Katedral Ruteng kepada umat Islam yang diterima Ketua Takmir Masjid Agung Baiturrahman Ruteng, H. Rusul, S.Pd.I. didampingi imam masjid agung tersebut, Ust. Jamaluddin, S.Pd.I., dan Koordinator Panitia Hari Besar Islam (PHBI) Takmir Masjid Agung, M. Jasin Muslimin, SE, Kamis, 5 Juni 2025, di pelataran masjid tersebut.

Sebelumnya, Pastor Paroki dan Dewan Pastoral Paroki (DPP) St. Mikael Kumba juga menyerahkan sumbangan satu ekor kambing kurban Idul Adha 1446 H kepada umat Islam yang diterima H. Rusul didampingi Ust. Jamaluddin dan M. Jasin Muslimin. Bupati Hery Nabit mengaku amat terharu.
Suami Ketua TP PKK Kabupaten Manggarai, Ny. Meldyanti Hagur Nabit ini mengatakan, ”Saya terus terang terharu mendengar Bapa Uskup Ruteng, Pastor Paroki dan Ketua DPP Katedral, juga Pastor Paroki Kumba menyelesaikan hewan kurban dengan torok Manggarai.”
Ungkapan hati Hery Nabit itu disampaikan di tengah perayaan Idul Adha yang dihadiri sejumlah kalangan, antara lain pejabat Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Setda Kabupaten Manggarai, Ketua Yayasan Baiturrahman Ruteng H. Amir Faisal Kelilauw, jajaran pengurus masjid, serta umat Islam yang belum lama berselang menunaikan ibadah salat Idul Fitri di masjid agung tersebut.
![]() |
USKUP RUTENG. Baliho ucapan Selamat Idul Adha 1446 H dari Uskup Ruteng Mgr. Siprianus Hormat di Masjid Agung Baiturrahman Ruteng |
“Saya kira itu bukan kepura-puraan, karena dalam hubungan umat beragama di Manggarai tidak dikenal kepura-puraan. Kalau kita tertawa ya tertawa . Jika kita baku marah ya baku marah. Ini barang biasa saja,” tukas Hery Nabit.
Bupati juga menyinggung sikap kultural orang Manggarai dalam merespons kritik publik. “Kalau ada yang mau dikritik, tidak disukai ya sampaikan secara terbuka. Kritik bagi kita di Manggarai ya silakan saja. Tetapi, ketika ini semua selesai, maka kita akan tetap orang Manggarai dengan budayanya yang luhur,” urai Hery Nabit.
Masyarakat Manggarai diingatkannya hidup dalam kultur Indonesia, termasuk budaya warisan leluhur masyarakat Congkasae. Dia mengerucutkannya dalam satu dua contoh nyata. Sebagai misal, pengunaan kata-kata sebagai instrumen komunikasi untuk menyampaikan pesan. Bupati memaknai kata-kata yang digunakan sangat menentukan arah dari maksud yang hendak disampaikan.
“Kata-kata yang dipakai dalam kritik, dalam usul perbaikan hendaknya kata-kata yang dapat diterima oleh hati, oleh perasaan,” pesan Hery Nabit.
Praktik nyata, menurut Bupati, tak selalu sejalan dengan pesan kultural tadi. Pesan yang seyogianya berangkat dari budaya komunikasi yang baik dan santun. “Namun, sering terjadi, mungkin karena terlalu pandai berbahasa Indonesia, akhirnya menerima begitu saja kata-kata dari luar. Lalu, keluar lewat mulut. Akhirnya tidak ada (kata-kata –red) yang bisa ditarik kembali,” sambung Hery Nabit.
Baca Berita Terkait:
Klik https://www.baiturrahmanrutengnews.com/2025/06/bupati-hery-nabit-toleransi-di.html
Seruan simpatik datang dari Bupati. Ini menyasar berbagai kelompok, entah internal maupun eksternal kelompok masyarakat. Herry Nabit meyakinkan, keran aspirasi kritis senantiasa dibuka untuk disampaikan kepada pemerintah. “Namun, mari sampaikan itu dengan santun. Mari sampaikan kebenaran dengan cara yang bisa diterima perasaan,” serunya bernada harapan.
Bupati mengingatkan pentingnya kesadaran membungun komunikasi secara santun. “Kita belajar dari kejadian di banyak tempat. Keterbelahan (menjadi kelompok-kelompok dalam masyarakat –red), karena perasaan (terusik bahkan terluka), bukan karena substansi (pesan yang hendak disampaikan),” kata Hery Nabit.
Menurutnya, masyarakat Manggarai beserta semua potensinya merupakan modal sosial kita. Walau secara politik, dinamika yang ada masih terus diupayakan agar kembali bersatu. Ini semua sedang dalam proses agar terkonsolidasi lagi. “Dari sini kita punya modal bersama-sama membangun pada masa-masa mendatang,” yakinnya.
Dukungan doa kalangan rohaniwan tersebut sangat berharga. Dukungan kepada pemerintah Indonesia, termasuk pemerintah di daerah ini, agar dapat melaksanakan tugas pemerintahan secara baik di semua tingkatan, dapat melaksanakan konsolidasi, dapat menjadi pengayom bagi semua, dapat merekatkan hubungan-hubungan yang mungkin jauh. “Kami mohon doa agar pemerintah selalu hadir dalam situasi-situasi itu,” pinta Hery Nabit. (husnu/*)
Seruan simpatik datang dari Bupati. Ini menyasar berbagai kelompok, entah internal maupun eksternal kelompok masyarakat. Herry Nabit meyakinkan, keran aspirasi kritis senantiasa dibuka untuk disampaikan kepada pemerintah. “Namun, mari sampaikan itu dengan santun. Mari sampaikan kebenaran dengan cara yang bisa diterima perasaan,” serunya bernada harapan.
Bupati mengingatkan pentingnya kesadaran membungun komunikasi secara santun. “Kita belajar dari kejadian di banyak tempat. Keterbelahan (menjadi kelompok-kelompok dalam masyarakat –red), karena perasaan (terusik bahkan terluka), bukan karena substansi (pesan yang hendak disampaikan),” kata Hery Nabit.
Menurutnya, masyarakat Manggarai beserta semua potensinya merupakan modal sosial kita. Walau secara politik, dinamika yang ada masih terus diupayakan agar kembali bersatu. Ini semua sedang dalam proses agar terkonsolidasi lagi. “Dari sini kita punya modal bersama-sama membangun pada masa-masa mendatang,” yakinnya.
Dukungan doa kalangan rohaniwan tersebut sangat berharga. Dukungan kepada pemerintah Indonesia, termasuk pemerintah di daerah ini, agar dapat melaksanakan tugas pemerintahan secara baik di semua tingkatan, dapat melaksanakan konsolidasi, dapat menjadi pengayom bagi semua, dapat merekatkan hubungan-hubungan yang mungkin jauh. “Kami mohon doa agar pemerintah selalu hadir dalam situasi-situasi itu,” pinta Hery Nabit. (husnu/*)